Pages

Rabu, 30 April 2014

Pulau Pari

Pernah mendengar Pulau Seribu ? Semoga pernah, karena daerah itu merupakan kawasan wisata yang menari di utara Jakarta. Kalau mendengar Pulau Seribu, mungkin beberapa orang akan menyebut Pulau Tidung atau Pulau Pramuka. Nah, yang akan saya ceritakan kali ini adalah tentang Pulau Pari. Saya bersama beberapa teman, bermain kesana di libur Lebaran tahun lalu …
Berbeda dengan Pulau Tidung yang sudah ramai, Pulau Pari belum terlalu ramai. Pengelolaan wisatanya pun masih di kelola secara kekeluargaan. Maksudnya, pengunjung menginap di rumah keluarga-keluarga yang tinggal di pulau itu. Keuntungan dari sistem itu adalah biaya liburan yang murah . Memang “murah” selalu menjadi daya tarik para pelancong yang dananya kembang-kempis hehehe … Ketika itu kami berangkat dari Muara Angke, menyeberang dengan kapal besar yang akan mengantarkan ratusan penumpang ke berbagai pulau di kawasan Pulau Seribu. Cukup Rp. 30.000 saja …
Setibanya disana, kami disambut oleh seorang warga yang menyewakan rumahnya untuk pengunjung, namanya Pak Udin. Pak Udin mulai menjelaskan kegiatan-kegiatan yang bisa kami lakukan selama tiga hari itu. Mulai dari menikmati matahari terbenam di Pantai Pasir Perawan, mengunjungi LIPI, snorkeling, dan barbeque di malam terakhir.
Rumah tempat kami menginap memiliki dua ruangan yang sudah dilengkapi beberapa kasur. Maka kami
Langsung membagi ruangan menjadi kamar cewek dan kamar cowok. Ada satu kamar mandi besar dan satu ruang utama tempat semua peserta bisa berkumpul. Rumah itu juga langsung menghadap ke laut, sehingga kami  bisa bermain-main di tepi pantai kapan pun kami mau.
Sore pertama di pulau itu kami habiskan di Pantai Pasir Perawan. Pasirnya putih bersih, enak untuk dipakai bermain. Ketika kami disana, air laut sedang pasang sehingga kami tidak boleh bermain terlalu jauh, tapi tetap menyenangkan. Puluhan pengunjung juga sedang menikmati pantai itu. Tidak terlalu ramai. Kami di pantai itu sampai matahari terbenam.
Pagi hari di hari kedua kami gagal melihat matahari terbit karena cuaca tidak bersahabat. Seharusnya kami bisa menikmatinya dari pinggiran dermaga tempat kami tiba. Sekitar sepuluh menit dari rumah penginapan. Akhirnya kami menghabiskan pagi itu dengan menikmati pemandangan laut dan langit yang begitu akrab. Biru bertemu biru.
Siang hari kami berangkat untuk ber-snorkeling. Pak Udin memiliki alat yang lengkap untuk kami semua. Ada kapal yang disewakan menuju tempat itu. Untuk kegiatan itu kami membayar Rp. 200.000 saja. Saya memang bukan penikmat biota laut, maka saya hanya sibuk berenang ketika teman-teman saya menikmati pemandangan bawah laut. Beda selera hehehe …
Setelah selesai snorkeling kami melanjutkan acara dengan mengunjungi sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Dulunya pulau itu sempat menjadi tempat wisata, tapi tampaknya kurang promosi sehingga akhirnya tidak ada lagi penghuninya. Sisa-sisa bangunan masih terlihat disana. Untuk mencapai pulau itu, kami harus berjalan melintasi pasir yang dihuni banyak bulu babi. Huffhhh … harus hati-hati … Sebenarnya saya ingin sengaja menginjak binatang itu, maklum saja, baru kali ini saya melihat binatang bernama bulu babi. Tapi, teman saya segera melotot dan mengatakan bahwa saya bisa mati kalau menginjak binatang itu. O-ow … gak jadi deh …
Tiba di penginapan, kami sudah teler hehehe… Istirahat hingga malam hari. Malamnya kami bermain-main di dermaga karena ternyata disana cukup ramai. Beberapa kelompok barbeque dan kelompok lain bernyanyi-nyanyi. Sayang, malam itu tidak ada bintang. Padahal saya sangat ingin melihat bintang…
Hari ketiga kami habiskan di kawasan LIPI. Lembaga pemerintah untuk melakukan penelitian. Ternyata tempatnya tidak terlalu luas dan bisa dikunjungi siapa pun. Namun karena hari itu menjelang Lebaran, maka kantornya tutup. Kami hanya sempat mengamat-amati dari luar. Saya cukup kaget melihat tempat itu tidak terlalu terawat. Sangat sulit membayangkan hasil-hasil penelitian Indonesia di teliti disana …
Malam terakhir di pulau itu, kami habiskan dengan bakar-bakaran. Beberapa ayam disiapkan untuk kami nikmati. Pak Udin memang koki yang hebat, dia bisa memasak beragam masakan. Yaaa, dulunya Pak Udin adalah koki di sebuah restoran di Jakarta. Memilih menetap di Pulau Pari karena melihat peluang bisnis. Kami cukup menikmati malam itu …
Ketika teman saya terlelap, saya memilih keluar rumah. Duduk di teras sambil menghadap kelaut. Sejenak menikmati udara malam sebelum besok pagi kembali ke Jakarta. Menikmati udara sejuk yang tidak akan saya dapatkan di Jakarta. Mungkin inilah hukum alam. Orang kota menikmati keheningan yang langka di kotanya…
Saya tetap belum menemukan bintang. Benda langit yang selalu membuat saya terpesona itu, tidak kunjung datang. Kecewakah saya ? Sedikit. Apa yang saya nikmati di pulau itu cukup mengobati kerinduan saya terhadap bintang. Mungkin saya akan melihat bintang di lain waktu.
Keesokan paginya kami hanya sarapan dan segera bersiap-siap untuk pulang. Kapal penjemput akan datang sekitar pukul 10.00 pagi. Setelah beberes, bendahara kami bertransaksi dengan Pak Udin. Untuk biaya selama disitu, kami membayar sekitar Rp. 100.000 per orang. Murah kan ? hehehe … Berarti, untuk liburan kali ini, kami hanya bermodal sekitar Rp. 250.000 untuk empat hari …. Sangat murah untuk ukuran libur panjang ke sebuah pulau. Mau mencoba ? silahkan … kunjungilah tempat-tempat di seluruh Indonesia karena selalu ada tempat indah untuk mereka yang ingin liburan hemat hehehe …


1 komentar:

trisna mengatakan...

Terimakasih, Artikel anda sangat menarik dan jangan lupa kunjungi :

Website Kami

Posting Komentar