Pernah mendengar Pulau Seribu ? Semoga pernah, karena daerah itu
merupakan kawasan wisata yang menari di utara Jakarta. Kalau mendengar Pulau
Seribu, mungkin beberapa orang akan menyebut Pulau Tidung atau Pulau Pramuka.
Nah, yang akan saya ceritakan kali ini adalah tentang Pulau Pari. Saya bersama
beberapa teman, bermain kesana di libur Lebaran tahun lalu …
Berbeda dengan Pulau Tidung yang sudah ramai, Pulau Pari belum
terlalu ramai. Pengelolaan wisatanya pun masih di kelola secara kekeluargaan.
Maksudnya, pengunjung menginap di rumah keluarga-keluarga yang tinggal di pulau
itu. Keuntungan dari sistem itu adalah biaya liburan yang murah . Memang
“murah” selalu menjadi daya tarik para pelancong yang dananya kembang-kempis
hehehe … Ketika itu kami berangkat dari Muara Angke, menyeberang dengan kapal
besar yang akan mengantarkan ratusan penumpang ke berbagai pulau di kawasan
Pulau Seribu. Cukup Rp. 30.000 saja …
Setibanya disana, kami disambut oleh seorang warga yang menyewakan
rumahnya untuk pengunjung, namanya Pak Udin. Pak Udin mulai menjelaskan
kegiatan-kegiatan yang bisa kami lakukan selama tiga hari itu. Mulai dari
menikmati matahari terbenam di Pantai Pasir Perawan, mengunjungi LIPI,
snorkeling, dan barbeque di malam terakhir.
Rumah tempat kami menginap memiliki dua ruangan yang sudah
dilengkapi beberapa kasur. Maka kami
Langsung membagi ruangan menjadi kamar cewek dan kamar cowok. Ada
satu kamar mandi besar dan satu ruang utama tempat semua peserta bisa
berkumpul. Rumah itu juga langsung menghadap ke laut, sehingga kami bisa
bermain-main di tepi pantai kapan pun kami mau.
Sore pertama di pulau itu kami habiskan di Pantai Pasir Perawan.
Pasirnya putih bersih, enak untuk dipakai bermain. Ketika kami disana, air laut
sedang pasang sehingga kami tidak boleh bermain terlalu jauh, tapi tetap
menyenangkan. Puluhan pengunjung juga sedang menikmati pantai itu. Tidak
terlalu ramai. Kami di pantai itu sampai matahari terbenam.
Pagi hari di hari kedua kami gagal melihat matahari terbit karena
cuaca tidak bersahabat. Seharusnya kami bisa menikmatinya dari pinggiran
dermaga tempat kami tiba. Sekitar sepuluh menit dari rumah penginapan. Akhirnya
kami menghabiskan pagi itu dengan menikmati pemandangan laut dan langit yang
begitu akrab. Biru bertemu biru.
Siang hari kami berangkat untuk ber-snorkeling. Pak Udin
memiliki alat yang lengkap untuk kami semua. Ada kapal yang disewakan menuju
tempat itu. Untuk kegiatan itu kami membayar Rp. 200.000 saja. Saya memang
bukan penikmat biota laut, maka saya hanya sibuk berenang ketika
teman-teman saya menikmati pemandangan bawah laut. Beda selera hehehe …
Setelah selesai snorkeling kami melanjutkan acara dengan
mengunjungi sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Dulunya pulau itu sempat
menjadi tempat wisata, tapi tampaknya kurang promosi sehingga akhirnya tidak
ada lagi penghuninya. Sisa-sisa bangunan masih terlihat disana. Untuk mencapai
pulau itu, kami harus berjalan melintasi pasir yang dihuni banyak bulu babi.
Huffhhh … harus hati-hati … Sebenarnya saya ingin sengaja menginjak binatang
itu, maklum saja, baru kali ini saya melihat binatang bernama bulu babi. Tapi,
teman saya segera melotot dan mengatakan bahwa saya bisa mati kalau menginjak
binatang itu. O-ow … gak jadi deh …
Tiba di penginapan, kami sudah teler hehehe… Istirahat hingga
malam hari. Malamnya kami bermain-main di dermaga karena ternyata disana cukup
ramai. Beberapa kelompok barbeque dan kelompok lain bernyanyi-nyanyi. Sayang,
malam itu tidak ada bintang. Padahal saya sangat ingin melihat bintang…
Hari ketiga kami habiskan di kawasan LIPI. Lembaga pemerintah
untuk melakukan penelitian. Ternyata tempatnya tidak terlalu luas dan bisa
dikunjungi siapa pun. Namun karena hari itu menjelang Lebaran, maka kantornya
tutup. Kami hanya sempat mengamat-amati dari luar. Saya cukup kaget melihat
tempat itu tidak terlalu terawat. Sangat sulit membayangkan hasil-hasil
penelitian Indonesia di teliti disana …
Malam terakhir di pulau itu, kami habiskan dengan bakar-bakaran.
Beberapa ayam disiapkan untuk kami nikmati. Pak Udin memang koki yang hebat,
dia bisa memasak beragam masakan. Yaaa, dulunya Pak Udin adalah koki di sebuah
restoran di Jakarta. Memilih menetap di Pulau Pari karena melihat peluang
bisnis. Kami cukup menikmati malam itu …
Ketika teman saya terlelap, saya memilih keluar rumah. Duduk di
teras sambil menghadap kelaut. Sejenak menikmati udara malam sebelum besok pagi
kembali ke Jakarta. Menikmati udara sejuk yang tidak akan saya dapatkan di
Jakarta. Mungkin inilah hukum alam. Orang kota menikmati keheningan yang langka
di kotanya…
Saya tetap belum menemukan bintang. Benda langit yang selalu
membuat saya terpesona itu, tidak kunjung datang. Kecewakah saya ? Sedikit. Apa
yang saya nikmati di pulau itu cukup mengobati kerinduan saya terhadap bintang.
Mungkin saya akan melihat bintang di lain waktu.
Keesokan paginya kami hanya sarapan dan segera bersiap-siap untuk
pulang. Kapal penjemput akan datang sekitar pukul 10.00 pagi. Setelah beberes,
bendahara kami bertransaksi dengan Pak Udin. Untuk biaya selama disitu, kami
membayar sekitar Rp. 100.000 per orang. Murah kan ? hehehe … Berarti, untuk
liburan kali ini, kami hanya bermodal sekitar Rp. 250.000 untuk empat hari ….
Sangat murah untuk ukuran libur panjang ke sebuah pulau. Mau mencoba ? silahkan
… kunjungilah tempat-tempat di seluruh Indonesia karena selalu ada tempat indah
untuk mereka yang ingin liburan hemat hehehe …