Pages

Kamis, 04 November 2010

ISD

Jumlah yang lahir jauh lebih banyak dari yang meninggal. Akibatnya, angka pertumbuhan penduduk meningkat dengan cepat. Peledakan penduduk ini dapat mengacaukan pembangunan ekonomi dan mengganggu kesejahteraan keluarga. Pendapatan masih rendah, sementara banyak anak yang harus diurus. Kualitas anak tidak terjamin sehingga sulit keluar dari perangkap kemiskinan. Di Indonesia, angka pertumbuhan penduduk tahunan tertinggi mencapai 2,34 persen pada periode 1971-1980. Program Keluarga Berencana (KB) berhasil menekan angka pertumbuhan penduduk tahunan menjadi 1,97 persen pada periode 1980-1990. Secara absolut, tambahan jumlah penduduk mulai turun dari 31,7 juta pada 1980-1990 menjadi 26,5 juta pada periode 1990-2000. Kalaupun penduduk Timor Timur diperhitungkan pada sensus 2000, kenaikan pada periode 1999-2000 pun hanya sekira 27,5 juta, masih lebih rendah daripada kenaikan 1980-1990. Jadi kapan penduduk Indonesia meledak? Kalau menggunakan angka pertumbuhan penduduk, peledakan terjadi pada 1971-1980. Kalau menggunakan kenaikan jumlah penduduk secara absolut, peledakan terjadi pada periode 1980-1990. Lalu mengapa ada kekhawatiran terjadi peledakan penduduk?
Ada tiga tanda yang dinilai telah terjadi peledakan penduduk. Pertama,angka pertumbuhan penduduk tahunan meningkat dari 1,44 persen pada periode 1990-2000 menjadi 1,48 persen periode 2000-2010. Kedua, tambahan jumlah penduduk periode 2000-2010 mencapai 32,5 juta, lebih besar daripada periode 1990-2000 yang hanya 27,5 juta (kalau Timor Timur diperhitungkan). Ketiga, hasil sensus ini ternyata lebih tinggi daripada dugaan para demografer.
Misalnya Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2007 memproyeksikan bahwa penduduk Indonesia akan berjumlah 234,2 juta pada 2010, yang ternyata lebih rendah dari hasil sensus 2010. Sebelum mencari tahu sebab kenaikan angka pertumbuhan dan tambahan jumlah penduduk, kita terlebih dulu melihat apakah benar hasil sensus ini mengagetkan.
Sesungguhnya demografer bukan tukang ramal yang dapat memberikan suatu angka pasti. Mereka biasanya memberikan suatu interval atau beberapa skenario kecenderungan.
Namun, BPS hanya menyajikan satu angka saja, dan hal ini yang telah menimbulkan kesalahpahaman. Kalaulah proyeksi BPS dan hasil sensus diberi interval plus minus satu persen, proyeksi BPS tadi menghasilkan jumlah penduduk antara 231,9 juta dan 236,5 juta pada 2010.
Dengan interval yang sama, sensus penduduk memberikan hasil antara 235,2 juta dan 240,0 juta. Terlihat ada tumpang tindih antara proyeksi BPS dan hasil sensus, walau hasil proyeksi cenderung berada di bawah hasil sensus. Maka, kami cenderung tidak terlalu kaget dengan hasil sensus. Hasil sensus memang lebih tinggi daripada proyeksi BPS, tetapi perbedaannya kecil sekali. Lalu, mengapa angka pertumbuhan periode 2000-2010 meningkat?
Ada empat hal yang mungkin menjadi penyebab. Pertama, kami menduga transisi demografi telah selesai di Indonesia. Angka kelahiran telah mencapai atau bahkan di bawah replacement level yakni angka yang sudah relatif rendah yang biasa ditemui di negara maju.
Pada saat angka kelahiran sudah serendah ini, angka kelahiran memang sering naik dan turun tergantung kondisi ekonomi, sosial, dan politik.Kami menduga angka kelahiran tetap terus menurun, namun mungkin saja penurunannya tidak secepat yang diproyeksikan BPS. Dari sini, kami tidak melihat adanya tanda-tanda ”peledakan penduduk” seperti yang terjadi 30 atau 40 tahun yang lalu. Kedua, angka kematian telah menurun lebih cepat daripada yang diduga. Penduduk Indonesia ternyata hidup lebih lama. Berita penemuan petugas sensus tentang penduduk yang berusia lebih dari 100 tahun dapat menjadi sedikit petunjuk bahwa penduduk Indonesia kini mampu hidup lebih lama daripada yang kita duga. Kenaikan jumlah penduduk karena kita hidup lebih lama mungkin justru berita yang baik, bukan suatu ”peledakan”. Ketiga, ada migrasi masuk ke Indonesia yang lebih besar daripada migrasi keluar. Namun, proyeksi BPS mengasumsikan bahwa jumlah migrasi keluar sama dengan migrasi masuk.Walaupun kini makin banyak penduduk Indonesia bermigrasi ke luar negeri, krisis global 2008-2009 mungkin berdampak pada pulangnya para pekerja Indonesia. Di luar krisis global, arus balik para pekerja juga mungkin terus meningkat. Selain itu, makin banyak orang asing yang bekerja dan tinggal di Indonesia. Sebab itu, seperti yang diasumsikan BPS, kami menduga bahwa arus migrasi masih belum banyak berpengaruh pada pertumbuhan penduduk Indonesia untuk periode 2000-2010. Dari sisi migrasi, amat kecil pula kemungkinan terjadi ”peledakan” pada periode 2000-2010. Keempat, soal akurasi data sensus 2010, relatif terhadap data sensus 2000. Sensus 2010 dilaksanakan dengan dana dan tenaga yang lebih besar serta latihan yang lebih baik.
Sensus ini juga dilaksanakan pada saat kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang baik. Ada daerah yang biasanya tak tercacah kini tercacah. Suasana pada 2000 sangat tidak menguntungkan untuk sensus. Kerusuhan membuat orang sulit dan takut disensus. Demam demokrasi juga dapat menyebabkan orang menolak untuk disensus. Maka, kenaikan angka pertumbuhan dan penambahan jumlah penduduk di periode 2000- 2010 yang disebut di atas mungkin terlalu tinggi. Artinya,kemungkinan terjadi ”peledakan” juga makin kecil. Akhirnya, kami simpulkan bahwa peledakan penduduk seperti yang terjadi 30 atau 40 tahun yang lalu mungkin tidak akan terjadi di Indonesia. Permasalahan demografi saat ini sangat berbeda dengan permasalahan 50 sampai 30 tahun yang lalu.

0 komentar:

Posting Komentar